Ulasan Buku — “Madilog” oleh Tan Malaka (1943)

Ovioctavia
3 min readJan 18, 2023

“Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan.”
Tan Malaka

Siapa yang tak kenal Tan Malaka? Seorang Bapak Republik Indonesia yang pemikirannya terbilang kontroversial pada masanya. Beliau merupakan seorang guru sekaligus aktivis yang memiliki pemikiran revolusioner yang bertitik berat pada ideologi marxisme. Karena ideologi tersebut sangat bertentangan dengan pemerintah Indonesia yang menganut demokrasi, hampir sepanjang hidupnya beliau hidup dalam pengasingan. Terlebih, beberapa buku yang beliau tulis juga dilarang untuk dibaca oleh masyarakat luas. Sebab, pemikiran-pemikiran beliau dianggap berbahaya.

sumber gambar: takanta.id

Untunglah, kita hidup di abad ke-20 sehingga mendapat kesempatan emas untuk membaca dan memahami pemikiran beliau. “Madilog” merupakan singkatan dari materialisme, dialektika, dan logika. Buku ini lahir dari kegelisahan Bapak Tan Malaka yang melihat fenomena bahwa masyarakat Indonesia masih hidup dalam bayang-bayang mistis dan ghaib. Cara berpikir tersebut beliau sebut sebagai “logika mistika”. Bayangkan bagaimana bangsa Indonesia dapat maju jika sebagian besar penduduknya masih mengandalkan penyelesaian masalah dengan mengharapkan kekuatan ghaib dan mengadakan mantra, sesajen, dan doa-doa.

Sebaliknya, jika bangsa Indonesia ingin segera maju, masyarakatnya harus menggunakan logika sains dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. Manusia dianugerahi akal oleh Tuhan Yang Maha Esa, maka harus digunakan dengan baik supaya menjadi agen perubahan di masyarakat. Tak hanya itu, beliau juga menambahkan ide-ide mengenai materialisme dan dialektika untuk membekali pembacanya agar berpikir dengan logika marxisme dalam menghadapi permasalahan sosial yang ada.

Buku ini terbagi dalam beberapa bab. Beliau mengawali pembahasannya dengan menjelaskan latar belakang keadaan masyarakat Indonesia sebelum zaman kemerdekaan, lalu mengaitkannya dengan filsafat, dan melanjutkannya dengan ilmu alam. Jujur saja, karena saya merupakan anak humaniora, saya agak kelimpungan saat membaca Bab Sains. Ini karena beliau mengajak pembaca untuk berpikir dengan perumpaan rumus-rumus matematika dan geometri. Mungkin saya ingin menyarankan jika suatu hari kalian berencana membaca buku ini, kalian bisa membaca beberapa bab saja yang kalian butuhkan.

Yang membuat saya takjub, saat proses penulisan buku ini, Bapak Tan Malaka sedang berada di pengasingan. Beliau menulis buku ini hanya berdasarkan ingatan dan pemahamannya akan ilmu-ilmu filsafat dari pemikir Barat. Beliau ingin membagikan pengetahuan kepada pembacanya supaya menciptakan masyarakat yang lebih baik menurut versinya. Dibalik ide-idenya yang mengesankan, menurut saya pribadi, satu kekurangan dari buku ini adalah penggunaan Bahasa Melayu dan terdapat beberapa typo. Sehingga, pembaca dewasa ini mungkin akan sedikit sulit untuk mencerna kontennya secara komprehensif.

Sebaik-baiknya pembaca adalah mereka yang tidak menerima mentah-mentah berbagai ide yang disajikan dalam suatu teks. Saran saya, saat membaca buku ini ambil pelajaran yang bisa diambil dan buang bagian-bagian yang dirasa kurang berkenan. Menurut saya pribadi, permasalahan masyarakat Indonesia sudah berbeda dari struktur masyarakat yang ada pada tahun 90an dulu. Maka beberapa pemikiran marxisme yang klasik dari Marx dan Hegel sudah tidak relevan lagi untuk menjadi solusi bagi kehidupan saat ini.

Terlepas dari berbagai ide yang di sarankan oleh Bapak Republik Indonesia yang kontroversial, berikut beberapa kalimat bijak dari beliau yang menurut saya sangat menarik untuk direnungi, diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, dan relevan sepanjang waktu.

“sebetulnya cara mendapatkan hasil itulah yang lebih penting daripada hasil sendiri.”
(Bab 3, ilmu alam -science page 99)

“Bahwa kebiasaan menghafal itu tidak menambah kecerdasan, malah menjadikan saya bodoh, mekanis, seperti mesin.” (Pendahuluan — Perpustakaan page 24)

“Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali.” (Tan Malaka — Madilog)

Akhir kata, buku Madilog merupakan karya yang sangat menakjubkan. Tak hanya menyajikan panduan berpikir secara logika sains agar masyarakat meninggalkan keterbelakangan, tetapi juga menginspirasi banyak pembacanya untuk berubah menjadi individu yang bertanggungjawab sedari pikiran hingga tindakannya.

--

--

Ovioctavia

A lifelong learner. I enjoy sharing my thoughts about books, movies, social and cultural issues.