Review Buku — Gadis Kretek oleh Ratih Kumala

Ovioctavia
4 min readMar 3, 2021

Dari novel Gadis Kretek pembaca dapat menelusuri sejarah perkembangan industri kretek di Indonesia, diiringi dengan kisah cinta segitiga Roemaisa dengan dua orang pemuda pebisnis kretek bernama Soedjagad dan Idroes Moeria. Selain itu, sepanjang cerita pembaca juga akan disuguhkan harumnya tembakau, keringat perjuangan, dan konflik menegangkan antar tokoh.

image source: ebookgramedia.com

Jujur alasan utama aku tertarik baca buku ini klise si yaitu, judul dan cover bukunya sangat menarik perhatian. Faktor lain yang mendorong aku membaca karya ini karena orang-orang di sekitarku banyak yang merokok dan aku jadi penasaran tentang perjalanan industri kretek di Indonesia itu gimana ya? Makanya setelah menemukan buku ini langsunglah aku memutuskan untuk membacanya. Berharap jika bercengkerama dengan buku Mbak Ratih ini, aku akan mendapatkan sedikit gambaran bagaimana perkembangan industri kretek di tanah air.

Soeradja adalah pemilik bisnis rokok terbesar di Indonesia. Beliau sedang terbaring sakit dan dalam tidurnya sering menyebutkan nama seorang wanita “Jeng Yah”. Soeradja memiliki 3 anak laki-laki; Tegar, Karim, dan Lebas. Karena Ayah mereka ingin menyampaikan sesuatu kepada perempuan bernama Jeng Yah ini, akhirnya mereka mencari di mana keberadaannya.

Yang mereka bertiga pertanyakan saat itu adalah; Siapa itu Jeng Yah? Kenapa Ayah mereka sangat ingin bertemu dengannya? Dan kenapa Ibu mereka menjadi marah mendengar perempuan itu disebut?

Menurutku bab-bab awal ini ceritanya agak membosankan karena hanya menceritakan perjalanan ketiga anak Soeradja mencari Jeng Yah dan Ayah mereka yang terbaring sakit di tempat tidur. Tapi aku lanjutkan saja bacanya dan setelah ketiga anak Soeradja telah bertemu dengan kerabat Jeng Yah barulah ceritanya mulai menarik.

Kenapa?

Ternyata selama ini “Jeng Yah” merupakan tokoh utama dari novel ini. Bab-bab selanjutnya menceritakan latar belakang orang tua Jeng Yah; Roemaisa dan Idroes (sebelum kemerdekaan Indonesia) hingga lahirnya Jeng Yah dan adiknya, kisah cinta Jeng Yah dengan Soeradja setelah kemerdekaan, dst. Dalam setiap fase hidup Jeng Yah, diiringi dengan perjalanan bisnis kretek milik keluarganya yang terus bertahan di Kota M dan kejadian tragis lainnya.

Aku menemukan satu hal yang menarik dari penulisan novel ini. Mbak Ratih pandai memilih latar waktu di Indonesia yakni pra-kemerdekaan sampai setelah kemerdekaan yang di dalamnya banyak peristiwa penting di antaranya tragedi pada tahun 1945 dan 1965. Jadi, cerita yang digambarkan menjadi kaya akan isu-isu dan luka masa lalu Bangsa Indonesia yang bisa dijadikan pembelajaran bagi kita yang hidup di masa kini.

Lalu untuk lebih jelasnya, siapa itu Jeng Yah? Ia adalah pemilik bisnis kretek terbesar di Kota M, “Kretek Gadis”. Jeng Yah merupakan anak pertama dari Roemaisa dan Idroes Moeria. Ia meneruskan minat dan bakatnya dalam bisnis kretek dari Ayahnya. Sejak kecil ia sering membantu Ayahnya di pabrik untuk melinting rokok bersama pegawai yang lain, jadi ia sudah terbiasa untuk mengatur (manajemen, pemasaran, pembuatan dan pemngemasan produk) perusahaan kretek dan membuat resep saus yang enak untuk kretek dagangannya.

Suatu hari, Jeng Yah bertemu dengan Soeradja lalu tak lama kemudian mereka berdua jatuh cinta. Mereka sudah menjalin hubungan dan akan segera menikah. Namun, takdir berkata lain karena suatu keadaan Soeraja tidak bisa menikahi kekasih pujaannya, Jeng Yah. Ia akhirnya menikahi gadis lain.

Jadi siapa gadis kretek ini sudah terjawab ya. Nah, aku mau menceritakan hal menarik dari novel ini guys. Jadi, Mbak Ratih ini pandai mendeskripsikan suatu merek kretek dan rokok melalui deskripsi kata-kata yang ajaibnya bisa divisualisasikan dengan jelas dipikiranku. Tak hanya itu, di beberapa halaman juga ada ilustrasi bungkus rokok zaman dahulu lengkap dengan gambar dan tagline pemasarannya yang unik. Dari ilustrasi yang disediakan ini bisa menguatkan bukti imajinasi dipikiran kita wkwk.

Selain itu, dari novel ini aku banyak belajar sejarah industri kretek-rokok di Indonesia yang awalnya hanya terbuat dari klobot hingga rokok lintingan yang dijual saat ini. Industri rokok juga merupakan mata pencaharian yang besar bagi rakyat Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Tak hanya itu, aku juga mendapat sedikit pengetahuan tentang peristiwa PKI di tahun 1965. Yang digambarkan dalam novel ini yaitu, banyak orang-orang di Desa (yang dikabarkan penganut PKI ataupun keluarga penganut PKI) yang ditangkap oleh orang asing dan dibawa entah ke mana kemudian menghilang atau ditemukan mengapung di atas sungai. Adapun korban yang kembali namun jumlahnya juga tidak banyak.

Menurutku hal yang paling menarik dan menonjol dari novel ini yaitu, besarnya peran perempuan dalam dunia politik bisnis kretek. Bayangkan saja jika tidak ada gadis jelita, Roemaisa kedua pemuda bernama Soedjagad dan Idroes tidak akan berlomba-lomba membangun bisnis kretek mereka (sebagai upaya mengambil hatinya, sebagai sumber penghasilan, dan untuk membuktikan bahwa mereka laki-laki sejati). Lalu jika Jeng Yah tidak ada, maka tidak akan tercipta formula saus yang rasanya melegenda hingga ke seluruh penjuru Indonesia. Dengan kata lain, novel karya Mbak Ratih ini menunjukkan kekuatan perempuan atas dunia (bisnis dan kretek) yang sebagian besar orang pikir bahwa bidang ini hanya dikuasai oleh kaum lelaki.

Intinya, novel Gadis Kretek memiliki karakter yang sangat Indonesia. Tak heran Mbak Ratih mendapatkan berbagai penghargaan atas karyanya yang satu ini. Walaupun hanya terdiri dari 248 halaman ceritanya singkat, padat, dan jelas. Selain itu, penjelasan untuk setiap tokoh di cerita ini juga memiliki porsi yang sangat pas sehingga meskipun singkat, pembaca masih bisa mengenal watak dan sejarah tiap karakter dengan detail.

Akhir kata, aku sangat merekomendasikan kalian yang ingin belajar sedikit sejarah perkembangan industri rokok di Indonesia untuk membaca novel ini. Novel ini juga cocok dinikmati bagi teman-teman yang suka genre historical fiction!

--

--

Ovioctavia

A lifelong learner. I enjoy sharing my thoughts about books, movies, social and cultural issues.